Bapak si Baju Merah


 

Bapak itu kulihat setiap hari mangkal di pinggir jalan menunggu pembeli singgah walau hanya untuk segelas kopi. 

Aku tertampar, ketika jajan suka pilih-pilih. butuh ataupun tidak pedagang seperti ini yang harus didahulukan untuk dibeli, ketika memberi tidak bisa minimal membahagiakannya  dengan membeli dagangan yang ada, kulihat hanya termos, gelas plastik, sedus air mineral, dan pop mie. Berarti tidaklah banyak yang ia jual. 

Tidak pernah lelah berangkat pagi pulang petang mencari rizki yang halal lagi baik. Ia dengan sabar menunggu pelanggan datang menghampiri, aku yakin tidak banyak hasil yang didapat dari jualan itu, namun  keberkahan akan mencukupkan keluarganya. 

Sekali waktu tak kulihat bapak sibaju merah mangkal ditempat biasanya, esok hari pun masih juga kosong, aku merasa kehilangan, lalu akhirnya bertanya ke ruko yang ada disekitar situ, ternyata si bapak sakit. Kini si bapak telah sehat kembali dan berjualan seperti biasa. 

Laki-laki itu mengingatkanku pada sosok bapak yang telah kembali kepangkuan sang Ilahi. Terlihat tekun meski lelah mendera, pantang menengadahkan tangan untuk meminta, berjualan dipinggi jalan lebih mulia daripada harus mengemis. Salutku untuk bapak sibaju merah. Meski aku tak tahu siapa namamu pak, namun do'aku semoga engkau selalu diberi kesehatan.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To be the F1

Catatan kecil Untuk Sahabatku Bu Widya Setianingsih

Menjadi Yang Ke dua