Langkahku menjadi guru

 


Sedari kecil belum pernah bercita-cita menjadi seorang guru, suratan takdir yang menggariskan aku untuk berkecimpung di dunia pendidikan. Kala itu selepas lulus dari Madrasah Aliyah di sebuah pesantren aku dan beberapa temanku ditunjuk langsung oleh guruku sekaligus pimpinan pesantren untuk mengabdikan diri di almamater, bagi aku perintah kiyai adalah sabda yang tidak bisa ditolak, mau tidak mau suka tidak suka harus dijalani, demi mencari keberkahan dan keridhaan seorang guru.

Berawal dari masa pengabdian itu aku mulai mencintai profesi guru, selalu bertemu dengan siswa setiap hari, meski kadang kepala pusing karena banyak masalah, ketika bertemu langsung dengan para siswa lupa sudah dengan masalah yang ada, para siswa ternyata menjadi obat yang mujarab bagi aku ketika sedang dilanda galau.

Aku mulai kuliah di Fakultas Pendidikan Agama Islam, karena untuk menjadi seorang guru minimal harus sarjana, Kulalui kuliah sambil mengajar terus sampai selesai, sekitar tahun 2011 aku iseng iseng daftar PLPG pelajaran ILmu Pengetahuan Sosial, untuk daftar sertifikasi guru dulu lebih mudah linieritas tidak menjadi soal, syaratnya hanya ijazah S1. Beda dengan sekarang linieritas menjadi syarat ijazah dengan bidang studi yang diampu harus sesuai.

Di tahun selanjutnya aku ada panggilan PLPG, tentu saja senang tapi jiga bingung, aku ngajarnya ilmu shorof, nah PLPG harus mengajar IPS. Langsung aku mencari buku paket ips di toko buku yanga da di kabupaten, kebetulan kosong sampai ke kota Provinsi kala itu, untuk dibaca2 agar tidak terlalu buta,terus terang aku belum pernah belajar IPS kecuali waktu di SD dahulu, selama si pesantren beberapa pelajaran negeri dipangkas digantikan dengan pelajaran pondok.

Hinga tiba saatnya PLPG, aku berangkat ke LPMP Banten yang kebetulan tempatnya ada si kab lebak tidak begitu jauh dari tempat tinggal. Aku jalani prosesnya selama 10 hari, oh ia waktu PLPG aku meninggalkan anakku yang berusia 2.5 tahun. Yang kemudian ku titip di rumah uwaknya.

Kunikmati masa PLPG dengan tugas yang bejibun, selama 10 hari tiap malam begadang mengerjakan tugas yang tiada henti, meskipun IPS tidak pernah aku kuasai tapi Alhamdulillah aku lulus PLPG di tahun 2012 tanpa hambatan apapun, dari tes awal ferteaching sampai tes akhir alhamdulillah lancar.

Aku bukanlah seorang ASN, aku hanya guru honorer di kementrian Agama, meski belasan tahun telah kuabdikan baktiku di madrasah ASN belum mau berpihak padaku, mungkin ada yang bertanya kenapa enggak ikut p3k saja? Bukan tidak mau salah satu syarat daftar p3k adalah namanya tercantum di dapodik, berarti hanya guru2 yang mengajar di bawah naungan diknas yang bisa daftar menjadi ASN p3k. Karena guru 2 depag tidak terdapat di dapodik kami terdaftar di simpatika.

Meski hanya seorang honorer, tidak membuatku minder atau bahkan patah semangat, baik honorer maupun ASN sama2 punya tugas mencerdaskan anak bangsa membangun karakter siswa yang berakhlakul karimah. Yang membedakan hanyalah penghasilan saja. Tapi aku percaya rizki yang maha Kuasa amatlah luas.

meskipun sebetulnya dulu cita-citaku bukan ingin jadi guru,ternyata setelah menjadi guru banyak sekali kenikmatan dan barokah yang aku nikmati, apalagi aku juga seorang ibu rumah tangga, meskipun aku bekerja masih banyak waktu untuk mendidik anak-anakku dan merawat keluargaku, karena setinggi apapun jabatan seorang perempuan itu tetap kodratnya jadi ibu rumah tangga, harus pintar membagi waktu untuk keluarga dan tugas mencerdaskan anak bangsa.

Kenikmatan lain jadi guru adalah selalu mengingatkanku dalam setiap langkah, setiap tindak dan perbuatanku, sehingga bisa menghindarkanku dari perbuatan-perbuatan yang kurang elok, karena ada pepatah jawa mengatakan “Guru itu digugu dan di tiru”. Dan ada juga pepatah mengatakan “Satu contoh perbuatan jauh lebih bagus dan lebih mulia dari pada seribu nasehat”. Maka harapan terbesar saya sebagai seorang guru adalah, bisa mendidik anak bangsa berakhlak mulia, bukan hanya pandai dan cerdas, tapi penekanan akhlak yang utama hingga kelak mereka menjadi generasi berilmu amaliah beramal ilmiah

Komentar

  1. Kreeeeeen ,Bu mantap enak di baca nya ,renyah kaya sokeo 😁

    BalasHapus
  2. Semangat meski honorer tidak mengurangi nilai baktimu pada negri Pertiwi
    Cetak generasi Rabbani

    BalasHapus
  3. Mantul...tetap semangat ibu... rezeki Allah yang ngatur ya. ASN atau tidak Alhadulillah aja.

    BalasHapus
  4. Benar, Bu Emut. Adab dibatas segalanya, ilmu selebihnya.

    BalasHapus
  5. Terima kasih Bu Mutmainah sudah berbagi kisah yang menarik (Guru Dion Indonesia)

    BalasHapus
  6. Memintarkan orang lain adalah suatu kenikmatan dan tabungan akherat. Berbahagialah menjadi guru mba. Insyaallah rejeki ada dari mana-mana. Rejeki pangkat, jabatan, terutama kesehatan

    BalasHapus
  7. Maasyaallah keren bun..
    Sama Saya juga bukan ASN, guru yayasan...
    Walau gaji gak begitu besar, alhamdulillah cukup untuk kehidupan sehari-hari.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To be the F1

Ide Menulis Bagi Guru

Menjadi Yang Ke dua