Emak Bar Bar


Tahun 2016 silam, aku mudik ke kampung halaman mertua kota Lubuk Linggau bersama suami dan kedua anakku. Usai Nabil anak pertama kala itu sekitar 10 tahun  Adis anak kedua 4 tahun. Lubuk Linggau sebuah kota kabupaten yang ada di Sumatera Selatan, bagian Selatan lebih dekat ke provinsi Jambi ketimbang ke palembang ibu kota dari Sumatra Selatan. 

Perjalanan panjang yang sangat melelahkan. Sepanjang jalan yang dilihat hanya hutan yang panjang, untuk sampai ke kota palembang membutuhkan waktu sekitar 11 sampai 12 jam. Maklum saat itu belum ada tol dan jalan pun tidak semulus sekarang. Kami singgah dulu ke kota palembang untuk silaturahmi kepada ayuk kandung suami sekalian istirahat semalam.

Dari kota palembang menuju lubuk linggau sekitar 11 jam lagi jika naik kereta dari stasiun kertapati menuju stasiun lubuk linggau, jarak tempuh dari stasiun masih sekitar 4 jam lagi untuk sampai rumah mertua. Perjalanan yang lumayan menguras kantong dan tenaga, namun harus tetap kujalani demi bakti seorang istri. Akhirnya kami naik travel karena waktu akan lebih singkat begitu saran ayuk. Dibandingkan kereta, naik travel lebih cepat 4 jam. Karena saya pun belum pernah akhirnya setuju juga usulan tersebut. 

Jam 8 malam kami berangkat naik travel, ada beberapa penumpang didalamnya, kami duduk di jok belakang, didepan kami ada penumpang laki laki dan perempuan yang duduknya dekat dengan pintu mobil. Dari kota Palembang perjalanan masih aman, diiringi musik syahdu ala melayu. Sampai tengah perjalanan sekitar jam 12 malam, jendela mobil dibuka sama penumpang lain yang duduknya dekat pintu, angin malam berhembus dengan kencang, supir membawa mobil juga dengan kecepatan tinggi karena ternyata travel sudah dibatasi jam 4 pagi sudah harus sampai tujuan. 

Sudah serasa karung saja badan ini, kecepatan mobil yang sangat luar biasa, sampai-sampai badan kebanting ke kiri dan kanan, segala do'a kurapalkan memohon keselamatan, disaat semua tertidur dalam mobil  kami sekeluarga masih saja melek karena takut, naudzubillah andai mobil itu terjungkal saya yakin tidak ada yang selamat kalo menurut logika manusia. 

Kupanggil penumpang yg duduk didepanku, ayuuk maaf jendelnya bisa ditutup? Dia menoleh sebentar sambil tutup jendela mobil,. Alhamdulillah pikirku, angin malam kurang baik apalagi aku membawa kedua anakku yang masih kecil. Setengah jam kemudian penumpang itu membuka jendela kembali aku biarkan  sampai satu jam lebih, kulihat anak-anakku kedinginan, keringat dingin mengalir dari badannya, aku selimutan pake jakat, kubalur pake minyak kayu putih, tapi masih juga keringat dingin keluar. 

Sekali lagi aku ngomong ke penumpang di depan untuk tutup jendela, ayuuuk bisa ditutup jendelanya kasuhan anak2 saya kedinginan kayaknya masuk angin deh, dia diam aja mungkin tidurnya lelap. Pelan pelan aku tutup jendelanya, baru dia bangun dan langsung buka kembali jendelanya. Dengan sedikit jengkel aku ngomong kembali untuk menutup jendela, dia tutup sebentar kemudian dibuka kembali.

Perjalanan tengah malam dengan kondisi anak yang kedinginan bibirnya membiru gemetar ditambah  supir yang ugal-ugalan plus penumpang yang kurang empati membangkitkan  jiwa bar-barku. Aku minta tolong sama suami untuk berbicara menggunakan bahasa palembang  karena mungkin dia enggak bisa bahasa Indonesia, tapi sipenumpang mobil masih acuh. 

Jiwa bar-barku meronta, tanpa aba aba aku tarik rambut panjangnya dengan kekuatan penuh sambil berkata, heh dia teu nyaho nyaah mun aing tea urang banten, coba tutup jandelana anak aing katirisan ti tadi. Si penumpang tadi kaget sambil melihat kearahku, sambil berkata ado apo yuuk. Lalu aku jawab, ulah dibukaan bae eta jandelana bisi diteluh ku aing,. Dia tidK faham apa yang aku ucapkan. Tapi ngerti maksudnya karena lirikan tajam mataku mengarahke jendela. Langsung dia tutup jendela mobilnya dan tidak dibuka lagi sampe ke tempat tujuan. 

Ingat masa masa itu suka ketawa sendiri, begitu barbarnya seorang ibu demi melindungi anaknya, urat malu entah kutaro dimana, suamiku hanya mesem mesem tidak berkata sepatah pun. 

Setelah sampai dirumah jam 4 pagi istirahat sebentar sambil menunggu azan subuh, setelah  istirahat, suami bertanya, mah emang apa hubungannya jendela mobil sama orang banten, langsung kujawab, biar orang sebrang takut, banten kan terkenal dengan jawara dan santetnya. Makanya jangan macem macem yaa sama orang banten. Padahal aku aja enggak ngerti apa itu santet. 


-heh dia teu nyaho nyaah mun aing tea urang banten, coba tutup jandelana anak aing katirisan ti tadi : hey kamu enggk tahu yaa saya itu orang banten, coba tutup jendelanya itu anak saya udah kedinginan dari tadi

+ulah dibukaan bae eta jandelana bisi diteluh ku aing : jangan dibuka terus jendelanya lama lama aku santet kamu


Komentar

  1. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ diawal cerita dengan anak-anak yang kedinginan hati saya sudah was wes prihatin dengan nasib Anak2, merasa jengah dengan penumpang yang ga punya rasa empati , eeeh ditutup dengan keluarnya identitas Banten yang berdarah jawara bergejolak. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ .
    Ampun Mak tobaat
    Monggo Banten silahkan
    Yang kainmaj ....lewaat hahahha

    BalasHapus
  2. Waw perjalanan yang mengasikan tentu pemandangan kota yang indah

    BalasHapus
  3. Hahaha...jiwa komedi saya harus teriak. Awalnya begitu melow, endingnya bikin jingkrak jingkrak....si mbak langsung ciut yak....keren....sok aing (?) Banten...silakan....tulisannya eta pisan...

    BalasHapus
  4. Jiwa premabnya memberontak, bisa nee duet dgn preman Arema... Wkwk

    BalasHapus
  5. Luar biasa. Nyalinya menjadi besar tatkala seorang ibu melihat anaknya dalam kondisi kurang baik. 😁

    BalasHapus
  6. Awal cerita sangat senang bacanya, tapi di akhir cerita mulai bar-bar dengan karakter jawara,

    Enak ya main tarik-tarik.. Hahaha

    BalasHapus
  7. kwkwkw sumpah tidak berenti2 tertawa adek kak.. haduh the power of emak2 luar biasa yah kak... apalagi diancam pula haha

    BalasHapus
  8. Ha ha ha ,mang Bu usdajah luar biasa

    BalasHapus
  9. Akhir cerita bikin ngakakπŸ˜‚ Jiwa ibu pasti ingin melindungi anaknyaπŸ‘πŸ»

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To be the F1

Ide Menulis Bagi Guru

Menjadi Yang Ke dua