Nania Sayang

 


Dia dilahirkan sekitar 2017 lalu, hampir berbarengan dengan key anakku  hanya berbeda beberapa bulan saja. Anaknya mulai masuk sekolah Pendidikan Taman Kanak-kanak, Ia masuk disalah satu TK, sedangkan key anakku masuk di Raudhatul Atfal, masih satu jenjang bedanya RA lebih memfokuskan anak untuk hafalan surat surat pendek. 

Siang itu ibu dari Nania datang hanya sekedar ingin mencurahkan isi hatinya, Nania anaknya sering menangis karena lelucon teman TKnya, sekilas aku kok aneh yaa, kenapa bisa anak seumur 5 tahun bisa body shaming kepada teman seusianya. Nania sesekali diantar neneknya ke sekolah kadang ibunya jika tidak ada jam ngajar di sekolah , begitu ibunya bercerita. setiap malam sebelum tidur Nania cerita bagaimana teman-temannya mentertawakan ketika Nania salah memakai seragam, atau ketika Nania mau mainan dan enggak dikasih sama teman temannya. Ibu Nania masih memaklumi usia anak dini masih belum ngerti apapun, jadi dia masih menanggapinya dengan santai. 

 Say, Naina anaknya aktif yaa, aku melontarkan pertanyaan tentang sifat anaknya. Dia bukan hanya aktif tapi enggak bisa diam, beberapa kali dia keluar kelas ketika temannya lagi belajar, atau dia duduk diatas meja ketika temannya duduk manis diatas kursi. Nania paling malas kalau sudah disuruh menulis sampe satu lembar buku, dia akan memilih keluar kelas dan main serodotan beda lagi kalau suruh menggambar dan mewarnai dia anteng. Kata Echa ibunya Nania. Wey... saya aja yang udah tua enggak mau suruh nulis ampe selembar buku gitu apalagi anak seusia Nania,  kataku sambil nyengir kuda. Iya, aku juga ogah jawab Echa sambil ketawa.

 Saya sedih loh, gurunya Nania sampe memanggil saya ke kantor kalo Nania tidak cocok sekolah  di TK, katanya Nania harusnya masuk SLB karena ia anak autis. Echa menitikan air mata sambil terus berkata, coba perhatikan anakku apa iya autis? Aku menoleh pada Nania yang lagi sibuk bermain dengan Key, ku tatap mukanya gerak geriknya lalu aku ajak dia komunikasi, dia menjawab dan merespon dengan baik. Nania tidak autis say..... Maaf, sepertinya nania super active. Ia, jawab Echa, dia super banget anaknya enggak bisa diam lihat hal hal baru dia penasaran dan tidak akan tinggal diam ingin mencobanya. Tapi ini kan ini normal dan masih bisa diarahkan looh cha, timpalku. Kita ibunya harus ekstra sabar. Jangan mudah terpancing omongan orang cha, yang tau gerak tumbuh anak ya kita sebagai ibunya. Echa menjawab sambil terisak, tapi Gurunya Nania bilang kalo Nania itu autis, katanya Nania enggak cocok sekolah disini. Maaf ya Cha bukan aku menggurui loh, setau aku ciri anak autis itu salah satunya gangguan komunikasi, seperti sulit berbicara, menulis, atau ketika berbicara ngomongnya akan terus diulang ulang. Nania tadi aku ajak ngobrol dia merespon loh. Terus ciri lainnya anak autis itu sulit bersosialisasi. Dia sibuk dengan dunianya sendiri, susah untuk berteman, susah untuk berbagi mainan dengan temannya. Tuuh lihat Nania baik baik saja loh main sama Key. 

 Makasih yaa Cintah udah mau mendengar keluh kesahku kata Echa sebelum pulang, dia memanggilku dengan panggilan sayangnya Cintah. 

Tidak ada yang salah dengan Echa yang emosi ketika anaknya yang sehat disebut autis oleh seorang pendidik, saya pun jika menyangkut masalah anak akan terusik bahkan akan bar bar jika mempertahankan harga diri anak, bagiku orang boleh menghina mencaci aku, tapi mereka tidak boleh menyentuh anak anakku. 

Aku penasaran dengan ciri-ciri anak autis, aku mulai searching tentang autis, masih belum puas ku telpon sahabatku yang kebetulan anaknya berkebutuhan khusus, si anak surga aku menyebutnya. 

Dia cerita ciri anaknya yang autis sudah terdeteksi dari usia 2 tahun, bahkan ketika usia 4 sampe 7 tahun anaknya belum lancar berbicara sampe harus terapi bicara. Anak sahabatku meski autis dia cerdas menghitung perkalian pengurangannya cepat tanpa berpikir panjang, dan jawabannya betul. Dia juga pintar melukis dan IT. 

Yang saya sesalkan kenapa begitu cepat seorang pendidik memponis anak didiknya autis, padahal bertatap muka baru sekitar satu bulan saja. 








Komentar

  1. Hemm kok saya yang alumni PGPAUD jadi meronta ya
    Sini sesama Bu guru TK kita diskusi hehe.
    Anak abk itu bisa diketahui tidak sekedar dari pandangan kasar mata tapi observasi, dan tidak dilakukan beberapa kali observasi.

    Sependek pemahaman saya
    karakteristik anak usia dini ya begitu aktif dan anak aktif biasanya cerdas. Dan seharusnya sebagai guru dan lembaga TK sudah sangat familiar dengan anak-anak aktif seperti ini.
    Dan
    Sebagai guru TK tidak tepat melebeli anak didiknya,

    Wah komentar saya bisa 1 artikel ini hehe
    Dah ah 😁

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To be the F1

Ide Menulis Bagi Guru

Menjadi Yang Ke dua