Obrolan Santai


Malam itu aku berkunjung ke rumah kakak setelah sekian puluh hari tidak kuinjakan kaki dirumah tempat aku dibesarkan, sebetulnya rumah kakak tidak begitu jauh kita tinggal satu kampung hanya beda RT karena kesibukan masing-masing, bisa bertemu paling satu bulan sekali, atau kadang dua minggu sekali. Sudah seperti jarak jauh saja, tapi itulah adanya, biarlah anggap saja saya lagi merantau di kampung orang, sehingga hanya bisa mudik satu bulan satu kali. Atau lagi mengamalkan syair Arab zur giban tazdad hubban, berkunjung lah jarang jarang niscaya akan menambah kecintaan.

Mengurangi frekuensi kunjungan terhadap saudara yang terlalu sering bukan untuk memutuskan hubungan kekerabatan (tali silaturahmi), melainkan agar rasa cinta atau rasa kasih sayang semakin bertambah. (Cie cie bela diri ala ala kaum selonjoran).

Selepas Isya saya, kakak, bersama seorang sahabat kakak yang lagi berkunjung ngobrol ngalor ngidul di ruang tamu, ditemani cemilan dan segelas teh hangat yang aku buat di dapur rumah kakakku. Obrolan kami sesekali diselingi canda tawa.

Di depan rumah ternyata banyak juga tetangga yang lagi pada ngumpul, cuaca malam itu memang sangat cerah, sehingga banyak orang yang keluar, entah kegerahan karena panas, atau memang kebetulan lagi pada ingin keluar rumah.

Riuh suara Ibu ibu sedang ngobrol di depan memaksa kuping untuk mendengarkan, tidak ada niatan untuk mencuri dengar, tapi karena volumenya yang lumayan nyaring akhirnya terpaksa menguping juga. He... He...

Ibu Ocoh mulai bercerita tentang segala penyakit yang dirasakan. Kata bu Ocoh, semuanya kerasa sakit, dari sakit kepala tujuh keliling, pegal-pegal, mual, perut melilit hampir tiap malam enggak bisa tidur. Lalu dijawab oleh ibu Eni, Bu Ocoh udah berobat?, sudah tadi dari puskesmas, kata Dokternya sih magh saya udah parah, tapi belum ada perubahan sekarang sering sakit ke ulu hati, jawab bu Ocoh. Lalu bu Eni menimpali, oooh itu sih udah aplikasi penyakitnya. 

Aku melirik kakaku sambil senyum setelah mendengarkan percakapan Ibu Ibu di depan. Kakakku malah ngakak sambil pegangin perut saking lucunya. Lalu sahabat kakaku berucap mungkin yang dimaksud si Ibu Eni kompilasi bu, bukan aplikasi.

Aku langsung izin pura pura ke kamar mandi untuk buang air kecil, padahal nyampe kamar mandi ngakak so hard.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To be the F1

Ide Menulis Bagi Guru

Menjadi Yang Ke dua