Road to Bandung


Kemarin saya ikut rihlah dengan keluarga besar pesantren Nurul Madany yang bertemakan Nurul Madany Goes to Bandung. Perjalanan panjang yang mengasikan dan tentu saja melehkan setelahnya. 

Keberangkatan rihlah dimulai dari jam 12 malam, kami singgah sebentar di rest area karena beberapa peserta rihlah mau ke toilet, kemudian lanjut kembali dan berhenti sekitar jam 5 subuh disebuh masjid yang lumayan besar untuk melaksanakan shalat subuh. Setengah enam pagi berangkat kembali menuju floating market di lembang, jam 7.30 kami sampai dengan selamat, tentu saja pertama kali datang ke tempat yang dituju adalah kamar mandi, kami bergegas mandi ala kadarnya karena air yang lumayan dingin. Setelah segar kami masuk ke area floating market lalu berpencar, aku bersama suami juga sikecil kiyan menuju kafe mencari sarapan pengganjal perut, sebetulnya dimobil aku sudah ngisi perut pake buras isi ayam, buras semacam lontong yang dibungkus daun pisang. Karena kebiasaan orang Indonesia kalau belum makan nasi dianggap belum sarapan, itu juga yang terjadi dengan aku. Walaupun bubur ayam habis satu mangkok aku anggap belum sarapan 🤣🤣. 

Kami lanjut berputar sekitar area wisata, sambil berselfie ria ditempat yang  dianggap asik untuk berfoto. Floating Market Lembang, kini menghadirkan wahana baru Rainbow Slide. Wahana semacam ini konon katanya baru pertama kalinya ada di Bandung. Wahana ini cukup viral dan jadi perbincangan banyak orang karena warna-warni yang cantik dan menawarkan sensasi meluncur yang seru dan menegangkan. Aku yang fobia ketinggian ditantangin perosotan dengan ketinggian yang sangat luar biasa tentu saja kalah sebelum berperang, langsung kibarkan bendera putih, melihat orang yang perosotan menggunakan ban saja lutut sudah gemetar duluan gimana jika langsung mencoba bisa pingsan sebelum berseluncur. 

Rainbow Slide ini terlihat sangat besar dengan tinggi 25 meter dan panjang lintasan 125 meter. Belum lagi setiap perosotannya memiliki warna yang berbeda-beda seperti pelangi, sesuai dengan namanya. Warna-warni ini menarik perhatian meski dari kejauhan. Tak hanya seru untuk bermain, tapi juga kece untuk berfoto. Dan tentu saja menguji adrenalin. 


Setelah melaksanakan shalat dzuhur rihlah berlanjut ke great Asia Afrika, jaraknya tidak begitu jauh dari floating market, disini kita diajak untuk mengunjungi tujuh negara dalam satu kawasan sekaligus. 

Memasuki gerbang, kita akan langsung disambut suasana Korea Selatan. Kemudian ada Thailand, China, dan jika terus disusuri akan terdapat berbagai macam ciri khas negara.

Ada nuansa negara India yang memiliki bangunan Jaipur, Jepang dengan pintu gerbang kuil shinto, ada pula miniatur khas Turki.









Ciri khas tak sekedar ada pada bangunan, namun juga dilengkapi ciri khas seperti tradisi minum teh ala Jepang, penari India, cara membuat kimchi Korea dan lainnya. Sensasinya kita merasakan tradisi dari negara luar tanpa harus keluar negeri. Berkeliling di Asia Afrika lumayan capek, masuk kedalam dengan posisi turun tidak membuat badan capek, namun ketika hendak kembali pulang tujuh tanjakan menanti dengan setia, akhirnya aku kembali ke gerbang utama dengan naik gondola lift dengan kengerian yang cukup luar biasa, diatas gondola aku merapal semua doa yang kubisa, yang terbayang dalam pikiran bagaimana kalo sampe gondola ini terjun bebas ke bawah, ngeriiii. Resiko fobia ketinggian yaa seperti itu.

Setelah puas berselancar di dua tempat kini waktunya pulang, sholat maghrib di masjid agung bandung, setelah itu pulang kembali ke rumah masing masing dan tiba pada pukul 02.30.

Komentar

  1. Wow... kesehatan untuk berselancar

    BalasHapus
  2. Berbicara ketinggian saya sangat takut bu

    BalasHapus
  3. Semangat berkarya terus Ibu Mutmainah. Terima kasih (Guru Dion Indonesia)

    BalasHapus
  4. Semoga lancar Bunda kegiatannya dan sehat selalu

    BalasHapus
  5. Keren...sudah bisa refresing. Orang Bandung masih berpikir dulu . Krn lagi musim hujan.
    Salam sehat dan sukses...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To be the F1

Ide Menulis Bagi Guru

Menjadi Yang Ke dua