Adab diatas Ilmu

 


Alarm membuyarkan mimpi indah Riana, bergegas ia bangun dari mimpi panjangnya seraya melihat jam dinding yang menempel disudut kamar. Waah sudah jam lima kurang niih, lirih Riana. Riana langsung ke kamar mandi membersihkan diri kemudian melaksanakan solat subuh, lalu bersiap siap untuk pergi ke sebuah tempat dengan sahabat sahabatnya. Janji ketemu di terminal, kemudian lanjut naik angkot menuju kota kabupaten, disana beberapa teman sudah menunggu. 

Riana beserta sahabatnya Tina, Irma dan desi, melanjutkan perjalanan menuju stasiun. Kota tua yg mereka tuju, mumpung masih libur sekolah, sebab kalo sudah masuk kegiatan kembali padat merayap dan tidak bisa berkelana kesana kemari. Kereta transit di stasiun Tanah Abang, kemudian lanjut naik kereta arah kota, namun harus transit di Manggarai, dari Manggarai naik kereta kembali menuju stasion kota.  Tiba di stasiun kota sekitar pukul 11 siang, Riana dan teman-temannya mencari makan untuk mengisi tenaga, dan ternyata dari stasiun kota tidak mesti naik apapun, cukup jalan kaki sebentar akan sampai ke kota tua (kotu). 

Ditengah perjalanan tiba-tiba hujan turun Riana dan semua temannya berlari menuju pos halte busway untuk berlindung dari derasnya hujan.  Sambil menunggu hujan reda Riana berceloteh. Cuaca hari ini kurang mendukung niih, padahal tadi pagi cerah ya,.. Desi menjawab celotehan Riana, ia niih, mudah mudahan hujannya enggak lama, paling kita nunggu setengah jam, kalo udah reda kita langsung cuss. Dan di iyakan oleh semua. 

Ternyata hujan lumayan lama, dan pos busway pun akhirnya penuh padahal kapasitas hanya untuk 6 sampe 7 orang, akhirnya semua dempet dempetan agar terhindar dari curah hujan. 

Hampir satu jam menunggu, hujan belum juga reda, di depan jalan raya mobil busway berhenti menurunkan penumpangnya, dan pos juga yang mereka tuju. Satu perempuan muda datang tergopog gopoh menggunakan payung, tanpa ba bi bu langsung masuk mendesak dengan posisi payung yang masih dipakai sehingga tetesan air dari payung membasahi seorang ibu tua, dan beberapa ibu lain yang membawa anak kecil. Didalam pos yang kecil akhirnya terdorong oleh mbak yang baru datang dan hampir mau pada jatuh. 

Payungnya tolong dlipat mbak, tetesannya membasahi kami, Ibu disebelah si mbak berkata. Looh ini hujan, saya enggak mau kebasahan. Si mbak menjawab dengan nyolot. Payung mbaknya mengganggu kenyamanan orang lain mbak. Si ibu masih menimpali. Ini payung saya, saya yang pake kenapa situ yang rese siih....., si pemakai payung masih juga kekeh bertahan dengan kebenarannya. Ibu tua disamping Riana terus beristighfar tanpa henti sambil megangin dada. 

Akhirnya si Ibu yang bawa anak kecil megangin sebelah payung si mbak, menghindari tetesan air hujan  mengenai anaknya dan beberapa orang disekitar si mbak. Anehnya si mbak berpayung enjoy saja, tidak merasa risih dengan apa yang dilakukan oleh ibu tadi. 

Nurani Riana terusik lalu ikut dalam perdebatan itu, apa susahnya mbak tinggal nutup payung doang juga, Tina pun menimpali ucapan Riana. Ia mbak... lagian tuh payung ujungnya hampir kena jidat orang. Si mbak berpayung semakin emosi  dia berkata, wooy  ini tuh tempat berteduh aku pake payung biar gak kebasahan, situ kalo mau kemana mana bawa payung dong gue aja yang kerja bawa payung terus. Si mbak masih saja nyerocos. Riana gak mau kalah dia jawab ucapannya si mbak sambil ketawa, mbak cantik, situ kan bawa payung sudah jalan sana, disini tempat kami yang gak kebeli payung. Lalu dijawab oleh sesebapak, si neng cantik loh tapi kagak ada akhlaknya.

 Riuh suara bersautan. si mbak dengan emosinya yang meledak ledak, Riana dan kawan-kawannya melayani emosi si mbak dengan guyonan. Bapak sebelah kiri bergumam lirih namun masih jelas terdengar, itu anak kayaknya gak makan bangku sekolah ya, ke orang tua nyolotnya minta ampun.  

Hujan pun mereda si mbak akhirnya naik bis melanjutkan perjalanannya tentu dengan sedikit riuh tepuk tangan dari ibu ibu yang ada di pos. Akhirnya semua membubarkan diri lanjut ke tujuan masing-masing. Pun dengan Riana dan kawan-kawan. Diperjalanan Riana dan kawannya tak henti ketawa memperbincangkan kelakuan si mbak. 

Satu hal yang bisa diambil dari kisah diatas, orang berilmu banyak, yang beradab yang dibutuhkan, adab lebih tinggi daripada ilmu, untuk menjadi orang pintar gampang tapi pintar yang beradab itu susah. bahkan salah satu misi Rasulullah diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak. 

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik" demikian sabda Rasulullah SAW" Begitu pentingnya akhlak dan adab hingga Allah Ta'aala menempatkanya sebagai hal yang paling utama. Sebab, kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Ilmu menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak dihiasi akhlak. Ketika seseorang memiliki ilmu tanpa akhlak , maka dia akan lupa siapa dirinya yang sesungguhnya, lupa akan akhlak Rasulullah SAW . Bahkan lupa bahwa dia adalah makhluk yang sangat lemah dan bodoh. Kalaulah merasa punya ilmu, tentulah Allah tidak memberinya kecuali hanya secuil (sangat sedikit). 


Mutmainah

Penulis adalah guru di MTs Hidayatul Ula Cipanas Lebak


Komentar

  1. Ini istilah yang tidak bisa di pisahkan ,kalau dipisahkan tidak akan sukses

    BalasHapus
  2. Ada istilahnya adab dulu baru ilmu.
    Karna kita sering melihat orang2 yang tidak berpendidikan tinggi
    Tapi Adabnya malah lebih mengagumkan ketimbang kita

    BalasHapus
  3. Ceritanya keren Ibu Mutmainah. Terima kasih (Guru Dion Indonesia)

    BalasHapus
  4. Semoga si mbak berpayung bisa mengambil hikmah dari kejadian itu dan berubah menjadi orang yang lebih baik lagi akan akhlak nya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How To be the F1

Catatan kecil Untuk Sahabatku Bu Widya Setianingsih

Menjadi Yang Ke dua